17 Oktober 2009

Balada si Saroh (bag.1)

Pertamakali datang ke rumah, dia bertanya setengah berteriak dari pagar rumah : "Bu, ada koran bekas ga?" Lalu saya keluar sambil menjawab : "oh ya ada, tunggu bentar". Aku lalu mengambil setumpuk koran bekas plus satu kresek penuh kertas kotretan matematika dan mengantarnya ke anak tersebut. Terlihat dari wajahnya cerah sekali melihat 'hasil buruannya' itu. Sambil memperhatikan tangannya yang cekatan merapihkan kertas-kertas bekas, aku iseng bertanya : "Nama kamu siapa?" dia menjawab lirih : "Saroh bu". lalu saya tanya lagi : "kamu masih sekolah ga?" dan dia menggeleng sambil menjawab : "dulu di kampung sekolah sampe kelas 3 tp ga diterusin lagi". Aku tersenyum kecut, sambil berkata : "mo diterusin ga sekolahnya, ntar ibu bantu". Kelihatan dia girang sekali sambil menjawab : "ntar tanya umi dulu ya bu, ntar siang kesini lagi".

Siang hari, Saroh menepati janjinya datang ke rumah tapi sendirian saja. Setelah duduk, aku langsung tanya nama lengkapnya dan dia menjawab : "Siti Maesaroh, dulu nama saya Dewi Sri Subur Makmur....!!!" Aku kaget bercampur geli, sambil tersenyum aku tanya kok namanya kayak nama toko di pasar dan anak itu menjawab apa adanya : "Bapak saya kan tukang becak, suka nongkrong di depan toko Subur Makmur, katanya biar saya cepet kaya jadi dikasih nama toko itu...." Sambil penasaran aku tanya lagi, "kok nama kamu diganti?" dan dia menjawab : "Umi yang suruh, katanya kesian suka diketawain orang-orang..."
What ever.....apalah arti sebuah nama tanpa karya didalamnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar